Kasih dan Cinta Kasih adalah 2 hal yang sama namun berbeda, Kasih dan Cinta Kasih merupakan hal yang sama-sama mengharapkan kebahagiaan, bagi diri sendiri maupun orang lain, namun hal tersebut akan terlihat beda karena pengelompokan.
Istilah Kasih lebih umum digunakan oleh kalangan Nasrani yang menyatakan suatu berkah yang di berikan oleh/di dapat dari Tuhan sebagai suatu kebenaran dimana kasih itu dapat bermanfaat dan memberikan kebahagiaan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Istilah Cinta Kasih biasanya digunakan oleh kalangan Buddhism yang menyatakan suatu dorongan dalam diri kita untuk menumbuhkan rasa peduli dan simpati terhadap orang lain dengan mengharapkan kebahagiaan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Perbedaannya terlihat, hanya sebatas kata "pemberian" dengan "menumbuhkan". Teman saya mengatakan bahwa Cinta Kasih yang "ditumbuhkan" oleh diri sendiri adalah tidak murni dibandingkan Kasih yang bersifat "diberi" oleh Tuhan, karena diri sendiri tidak ada tolak ukur yang pasti dan jelas, tapi kalo "diberi" oleh Tuhan maka ada tolak ukur yang pasti dan jelas.
Jika demikian, tentunya Kasih yang diterima oleh setiap orang yang mendapatkan berkah dari Tuhan sebagai akibat penyerahan diri nya kepada Tuhan, tentunya Kasih tersebut akan bersifat menyeluruh dan tidak ada cacat, karena tolak ukur nya pasti dan jelas. Maka seharusnya, orang yang telah "diberi" Kasih oleh Tuhan, tentunya tidak akan melakukan sedikit pun kesalahan dan hal buruk sekecil apa pun, jika tidak, maka tolak ukur itu menjadi tidak pasti dan tidak lah jelas.
Cinta Kasih dapat di tumbuhkan dalam diri seseorang, seperti hal nya kita menumbuhkan "rasa hormat" kepada orang tua, seperti hal nya kita menumbuhkan "rasa suka" kepada pasangan kita, dimana hal tersebut membutuhkan proses dalam usaha "menumbuhkan" yang tentunya hasil yang diperoleh tidak akan sama tergantung pada pribadi masing-masing.
Mengenai murni atau tidak, bukan persoalan utama dalam praktek Kasih dan Cinta Kasih, tapi bagaimana kita bisa menjadi berguna bagi diri sendiri maupun terhadap orang lain dalam mencapai kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kasih dan Cinta Kasih
Tidak yakin pada Tuhan = Sombong ?
Saya sempat berdiskusi dengan salah satu teman lama saya, teman saya mengatakan bahwa orang yang tidak yakin pada tuhan (kuasa diluar diri seseorang) dan mengandalkan diri nya sendiri mengakibatkan manusia menjadi angkuh dan sombong, karena merasa semua berasal dari diri sendiri.
Saya mengatakan bahwa seseorang menjadi angkuh dan sombong atas kehidupan bukan karena ia percaya atau tidak pada sosok Tuhan, tapi seseorang menjadi angkuh dan sombong karena diri nya merasa lebih dari orang lain.
Ada orang yang tidak percaya pada sosok Tuhan, merasa diri nya hebat dari pada orang lain, membanggakan diri nya sendiri tanpa pemahaman yang jelas dan benar, sehingga ia merendahkan orang lain.
Ada orang yang percaya pada sosok Tuhan, merasa diri nya hebat dari pada orang lain karena merasa telah di selamatkan dan di lindungi, membanggakan diri nya sendiri tanpa pemahaman yang jelas dan benar, sehingga ia merendahkan orang lain.
Toh, muncul kenyataan demikian, apakah tolak ukur seseorang menjadi angkuh dan sombong atas kehidupan hanya karena faktor yakin/percaya atau tidak pada sosok Tuhan ? Inti dari itu adalah sadar, bahwa kita hidup saat ini, bukan hidup dengan terbayang-bayang pada masa lalu kita (yang baik atau buruk), juga bukan hidup terlena akan imajinasi yang penuh pengharapan dalam pemenuhan keinginan kita.
Jika ada seseorang yang beranggapan bahwa tidak yakin pada Tuhan menjadi kan manusia sombong, maka sudah dipastikan seseorang itu hanya berkata omong kosong dengan tujuan untuk membanggakan diri nya yang yakin pada Tuhan, tidak lebih dari itu.
Kita sadar, bahwa apa pun yang kita perbuat akan berakibat sesuatu, sederhana nya jika kita makan tentunya kita akan kenyang, jika kita belajar tentunya kita akan paham/mengerti akan sesuatu yang kita pelajari, jika kita menanam benih buah dengan baik dan benar (kondisi) tentunya kita akan menikmati buah hasil dari tanaman yang kita tanam.
Memahami hal tersebut, bukan berarti menjadikan diri kita sombong atau angkuh, namun membuat kita menjadi sadar akan suatu konsekuensi dan dapat dengan jelas dalam melihat kehidupan secara nyata bukan bayangan imajinasi yang tidak kita ketahui secara pasti, sehingga kita menjadi bertangung jawab atas apa pun yang kita perbuat. Bukan kah hal itu simple, kenapa harus di buat ribet ?