Ada seorang ibu separuh baya, menangis menceritakan kejadian yang menimpa diri nya, uang nya sebanyak 600 juta lenyap di Bank Century. Ibu tersebut menceritakan diri nya menjadi stress dengan kejadian yang menimpa dirinya, segala perhiasan emas yang dimiliki nya sudah habis di jual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kecuali sebuah kalung yang masih ada di lehernya dengan liontin berbentuk salib, ia mengatakan karena itu adalah kalung Tuhan nya.
Saya sempat heran, setelah mengalami penderitaan yang begitu hebat, ia masih bisa mengagungkan Tuhan nya, walau Tuhan nya tidak dapat menolongnya sekalipun, yang Nampak hanya lah pertolongan emosional dan menenangkan perasaan si ibu yang dilakukan oleh jemaat dan pemuka agama nya, namun pertolongan tersebut bukan membuat si ibu keluar dari permasalahan yang sesungguhnya dan menerima keadaan yang di alaminya.
Apakah pertolongan Tuhan sebenarnya nyata ? Muncul berbagai pertanyaan tambahan dalam benak saya, jika Tuhan nya sangat baik dan ingin menolong si ibu yang sedang mengalami kesulitan :
1. Kenapa bantuan tersebut tidak terjadi secara langsung ? Yang terjadi malah, si ibu semakin stress dengan keadaan yang berlarut-larut tanpa penyelesaian.
2. Kenapa si ibu tersebut bisa masuk dalam kesulitan tersebut ? apakah ada rencana/tujuan lain ? apakah hal tersebut merupakan cobaan ? apakah Tuhan nya (Maha Mengetahui) tidak cukup mengetahui, sehingga Tuhan harus mencobai si ibu terlebih dahulu untuk memperoleh jawaban atas keingin tahuan Tuhan ?
3. Yang paling penting adalah, mengapa Tuhan nya (Maha Baik dan Maha Mengetahui) membiarkan si ibu tersebut tergoda untuk masuk dalam godaan untuk menaruh sebagian besar uang nya di Bank yang suatu hari akan mengalami kebangkrutan ? Manusia memang tidak mungkin mengetahui, tapi Tuhan seharusnya mengetahuinya…
Jika dikemudian hari si ibu dapat menyelesaikan masalah keuangan tersebut yang mungkin di klaim sebagai bantuan dari Tuhan nya, maka kenapa pertolongan tersebut harus datang terlambat ?
Pertolongan yang selalu terlambat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar