Minggu pagi, ketika sedang beristirahat diteras rumah sambil memandang jalan raya, tiba-tiba melintas sebuah mobil pengantin yang menggunakan mobil mini bus dengan merk panther, rekan saya langsung mengatakan "lucu ya mobil pengantin menggunakan panther".
Rekan saya bisa mengatakan demikian karena ada suatu pemahaman bahwa mobil pengantin harus lah mobil jenis sedan tanpa perlu memperhatikan merk nya. Hal ini terjadi karena adanya suatu ide/pernyataan/pandangan yang masuk kedalam pikiran/ingatannya dan hal itu diterima sebagai suatu hal yang benar/keyakinan. Hal ini akan bertentangan dengan dengan pemandangan yang dilihat oleh rekan saya, bahwa mobil pengantin yang tidak menggunakan mobil jenis sedan adalah hal yang salah dan lucu.
Sebenarnya mobil pengantin menggunakan mobil mini bus dengan merk panther tidak lah salah dan lucu, hanya saja hal tersebut tidak lazim/umum. Salah atau benar seharusnya bisa dinilai lebih bijak, apakah merugikan orang lain dan diri sendiri atau tidak. Begitu pula dengan hubungan beragama, perbedaan pendapat karena perbedaan ide/pernyataan/pandangan bukanlah suatu masalah besar, karena setiap agama memiliki ciri khas dan ajarannya sendiri.
Namun banyak orang yang beragama lebih mementingkan ego pribadi dan kelompoknya (agama) masing-masing dengan mengklaim ajaran agamanya adalah yang paling benar sedangkan yang lain salah, terlebih lagi jika tindakan tersebut disertai hujatan/celaan/pelecehan terhadap agama orang lain. Hal ini yang sebenarnya memicu terjadinya keributan/pertengkaran mengatas namakan agama. Bijak kah tipe-tipe orang seperti itu ?
Bagaimana pandangan anda mengenai mobil pengantin ?
Mobil Pengantin
Pertolongan Tuhan ?
Ketika seseorang mengalami suatu permasalahan/penderitaan, secara otomatis dia akan berdoa meminta pertolongan dari Tuhan dalam mengatasi dan menghadapi permasalahan/penderitaan tersebut. Tapi sering kali seseorang kecewa, karena kadang pertolongan tak kunjung tiba dan kadang permasalahan yg dihadapi semakin bertambah pelik.
Bukankah Tuhan selalu di klaim Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Murah Hati, tapi apakah Tuhan terlewat sibuk, sehingga kadang lupa memberikan pertolongan kepada seseorang ketika berharap pertolongan dalam menghadapi permasalahan/penderitaannya.
Namun hal ini tidak selalu diangkat ke permukaan, hanya sebagai konsumsi pribadi. Jika pun di nyatakan, tentu ada pembelaan terhadap hal tersebut. Lain halnya jika seseorang terbebas dari permasalahan/penderitaan yang dialami nya, tentu hal ini langsung di klaim bahwa Tuhan itu sungguh baik, penuh dengan kasih bahkan hal ini langsung di publikasikan seluas mungkin.
Kenapa semua ini terjadi ? Apakah ada yang salah sehingga suatu doa kadang tidak ditanggapi ?
Ada yang patut dipertanyakan "Kenapa pertolongan itu datang setelah suatu permasalahan/penderitaan muncul atau setelah seseorang meminta pertolongan kepada Tuhan ?" Ada pernyataan : jika tidak ada yang meminta, bagaimana Tuhan bisa mengetahui apakah seseorang membutuhkan pertolongan atau tidak, ini justru bertolak belakang dengan kemampuan dari Tuhan sendiri yaitu sebagai Maha Mengetahui.
Dimana kita bisa memperoleh pertolongan yang sejati ?
Doa Anak Kecil yang Autis
Beberapa hari yang lalu saya pergi ke toko lampu, setelah membeli sebuah lampu saya langsung menaiki kendaraan saya yang diparkir didepan toko. Tiba-tiba saya dikejutkan dengan tingkah seorang anak kecil yang berusia kira-kira 12 tahun, dia berdiri hampir ditengah jalan lalu menggangkat kedua tangannya sambil menatap langit dan berdoa... "Ya Tuhan... bla... bla...". Setelah selesai doa, dia melihat sekitarnya lalu tersenyum tanpa rasa malu, ternyata dia seorang anak kecil yang autis.
Saya sempat berpikir, apakah doa anak kecil yang autis tersebut didengar dan ditanggapi oleh Tuhan juga ?
Bukankah kita selama ini disusupi pengertian bahwa doa kita pasti didengar oleh Tuhan, hanya kita yang tidak tau apa yang direncanakan oleh Tuhan terhadap doa kita dan kita tidak pernah tau apakah doa kita dikabulkan atau tidak. Tapi apakah ada pengecualian bahwa hanya doa dari manusia yang waras secara mental saja yang didengar dan ditanggapi oleh Tuhan ?
Bukankah doa itu bersifat tulus yang muncul dari dalam diri kita secara spontan ketika kita membutuhkan bantuan kepada Tuhan. Saya rasa begitu pula doa anak kecil yang autis tersebut, tanpa dibuat-buat, ia membutuhkan bantuan kepada Tuhan walaupun ia akan dianggap orang lain sebagai orang yang kurang beres mentalnya. Hal yang pasti kita ketahui, bahwa tidak ada satu orang pun yang mau mengalami dan terlahir dalam kondisi autis, jadi apakah seorang yang autis tidak mendapat hak yang sama dimata Tuhan ?
Jadi apa kriteria agar doa dari seseorang itu bisa didengar dan ditanggapi oleh Tuhan ?