Didalam Buddhism ditekankan bahwa setiap perbuatan (sebab) memiliki resiko/konsekuensi nya (akibat), tanpa perlu menghindar atau mengejar akibat yang diperoleh seseorang karena adanya suatu pengaturan sebab akibat yang dikenal sebagai hukum Kamma.
Pengaturan sebab akibat bukan seperti suatu hukum yang dibuat oleh sosok individu untuk mengatur apa yang belum teratur dengan baik. Pengaturan sebab akibat muncul sebagai gambaran/istilah atas resiko/konsekuensi yang muncul dari suatu perbuatan.
Karena adanya bahan bakar dan kayu kering (sebab) maka munculah api dan asap (akibat) proses ini yang disebut sebagai pengaturan sebab akibat, bukan sebagai pengaturan yang diciptakan oleh sosok individu adikuasa yang dibuat oleh karena suatu sebab, juga bukan sebagai suatu hukum tertulis yang sengaja dibuat dan diatur oleh seseorang individu yang bertugas mengaturnya.
Istilah Kamma sendiri dikalangan chinese keturunan lebih dikenal sebagai hukuman/sangsi yang diterima seseorang karena melakukan hal yang salah dan tidak benar. Pengertian ini sangat tidak benar, karena Kamma bukan lah hukuman, tapi Kamma lebih menunjukan perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang dan memiliki resiko/konsekuensi nya masing-masing.
Dengan melakukan perbuatan/Kamma baik, maka buah kebaikan itu pula yang akan menyertai kita, begitu pula dengan melakukan perbuatan/Kamma buruk, maka buah keburukan itu pula yang akan menyertai kita, tanpa kebijakan tertentu maupun tanpa ada suatu kuasa yang dapat menghilangkan/menghapus akibat dari suatu perbuatan.
Perbuatan/Kamma inilah yang menujukan pengaturan sebab akibat, "Sesuai dengan benih yang ditanah, demikian pula buah yang akan dituai". Menanam jagung, maka kita akan menuai jagung...
Namun buah sebagai resiko/konsekuensi dari perbuatan/Kamma kadang salah diartikan bahwa seseorang melakukan perbuatan baik karena mengejar buah kebaikan/kebahagiaan sehingga menyebabkan seseorang menjadi sombong dan tidak melakukan perbuatan buruk karena takut akan buah keburukan/penderitaan.
Didalam Karaniyametta Sutta dijelaskan "Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, Untuk mendapat ketenangan, Ia harus mampu, jujur dan sungguh jujur, Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong".
Didalam Buddhism, suatu perbuatan baik dilakukan karena hal itu baik untuk dilakukan dengan dilandasi pengertian yang benar, bukan dilakukan karena resiko/konsekuensi (akibat) yang akan diterima dan perbuatan baik yang dilakukan dengan penuh pengertian yang benar sehingga tidak menimbulkan kesombongan tapi penuh ketenangan.
Begitu pula dengan perbuatan buruk, tidak dilakukan karena perbuatan tersebut tidak pantas untuk dilakukan. Didalam Buddhism jugat tidak ada larangan dan ancaman terhadap suatu perbuatan, cukup dengan sadar akan resiko/konsekuensi yang akan diterima, mau atau tidak mau, terima atau tidak, pengaturan sebab akibat telah bekerja.
Perbanyak perbuatan bajik,
Kurangi perbuatan buruk,
Sucikan pikiran,
Inilah ajaran Para Buddha.
Perbuatan Baik dan Buruk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar