Coffee Morning

Anda harus lebih Berani daripada yang Anda yakini, Anda harus lebih Kuat daripada yang tampak dan Anda harus lebih Pintar daripada yang Anda kira. AA Milne (1882-1956)

Pengemis Jalanan

Beberapa hari lalu, pagi-pagi saya sudah keluar naik motor, ketika melewati sebuah jembatan yang dekat dengan pasar, saya melihat seorang pengemis duduk di trotoar mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, ehm... mungkin, ia memohon agar pada saat itu ada orang yg berbaik hati memberikan sedikit uang kepada nya untuk membeli kebutuhannya.

Sungguh mengenaskan, untuk memperoleh uang saja, pengemis itu sampai berdoa kepada Mahluk Adi Kodrati, seberapa besar pun yang ia peroleh, itulah rejeki pengemis itu dan hasilnya adalah halal. Pemandangan yang berbeda dengan seorang pejabat negara, tidak perlu berdoa, uang "kaget" datang dengan sendiri, entah halal atau tidak dan seberapa besar pun yang ia peroleh, tentunya itu juga rejeki nya atau... itu sifatnya bukan rejeki ? jadi kira-kira apa nama yang cocok untuk itu ?

Pertanyaannya koq bisa ada 2 pemandangan yang berbeda seperti itu ya ?

Yang satu berdoa, baru bisa mendapat rejeki dari Mahluk Adi Kodrati, walau kadang ia memperoleh uang, kadang tidak. Yang satu lagi, tidak perlu berdoa, tapi rejeki jalan terus... lah syarat/kriteria dapat rejeki itu jadi nya apa ? koq ga jelas gini ?

Apakah ada faktor lain dalam memperoleh rejeki ? Memang nya apa bedanya pengemis sebagai manusia ciptaan Mahluk Adi Kodrati dengan pejabat negara/pengusaha yang juga sebagai manusia ciptaan Mahluk Adi Kodrati. Apakah ada sistem pembagian rejeki yang tidak adil ? atau ada sesuatu yang terlupakan oleh Mahluk Adi Kodrati ?

Bagaimana menurut anda ?

0 komentar: