Loh koq ada "shio Yesus", kan shio cuma ada 12 macam dan setiap shio disimbolkan dengan seekor binatang, dhanu koq suka menghina ?
Sebenarnya hal itu bukan suatu penghinaan, bukan suatu yang sengaja saya buat-buat, tapi pernyataan mengenai "shio Yesus" muncul dari kalangan Nasrani sendiri. Beberapa orang Nasrani terutama dari kalangan Kristen terlihat sungguh anti terhadap simbol-simbol dan unsur-unsur Chinese yang erat kaitannya dengan Agama Kong Hu Cu. Mereka sebisa mungkin menghindari hal-hal tersebut, karena Agama Kong Hu Cu dianggap Agama sesat oleh mereka.
Bagi saya pemikiran seperti ini sungguh naif dan picik, kenapa ? karena mereka sebisa mungkin menarik umat Agama Kong Hu Cu dengan menggunakan kata sesat dan menawarkan janji-janji keselamatan oleh Yesus, sehingga mau menerima Agama Nasrani. Karena itu mereka menolak semua simbol-simbol dan unsur-unsur chinese tersebut.
Saat ini pemerintah Indonesia mulai menerima budaya Chinese yang erat kaitannya dengan Agama Kong Hu Cu, bahkan Ajaran Kong Hu Cu sudah diterima sebagai salah satu Agama di Indonesia dan hari Imlek dianggap sebagai hari raya dari Agama Kong Hu Cu, hal ini menyebabkan budaya Chinese yang dulu nya sempat dilarang sekarang bisa dilakukan dengan bebas seperti atraksi Barongsai dan diperbolehkan pelajaran Bahasa Mandarin di sekolah-sekolahan.
Lucunya beberapa simbol dan unsur Chinese yang saat ini menjadi tren di kalangan Chinese mulai di terima kalangan Nasrani, walau sebelumnya sempat dilarang dan dianggap sesat oleh pihak Nasrani. Jangan heran jika saat ini, kita bisa menyaksikan suasana Imlek, tarian Barongsai dan penggunaan Bahasa Mandarin di Gereja. Hal ini digunakan untuk menarik minat warga keturunan Chinese agar dapat menerima Agama Nasrani dan menunjukan bahwa di Gereja pun budaya Chinese bisa dilakukan.
Nah ternyata penyakit lama dikalangan Nasrani masih ada, sehingga muncul pernyataan "shio Yesus" hanya karena mereka sebisa mungkin menolak pemahaman tentang shio dan tidak mau disamakan dengan sifat-sifat binatang, wah pemikiran yang sungguh sempit.
Apakah pengelompokan tahun kelahiran seseorang dalam shio berarti sesat dan berhala ? Apakah pengelompokan tahun kelahiran seseorang dalam shio berarti menyamakan seseorang dengan sifat binatang ?
Bagaimana dengan pandangan orang Nasrani terhadap pengelompokan bulan kelahiran seseorang dalam zodiak ? Zodiak sendiri berasal dari budaya Yunani dan menggunakan simbol-simbol Dewa-Dewi, apakah juga dianggap sesat dan berhala ?
Shio Yesus
Kesempitan Berpikir
Baru-baru ini acara Talkshow Kick Andy menampilkan Karmaka Surjaudaja yang notabene seorang Nasrani dan acara tersebut ditulis di beberapa surat kabar. Entah ada tujuan apa dibalik penulisan itu yang berulang kali menyebutkan ada kuasa Tuhan didalam hidup Karmaka Surjaudaja sehingga ia menjadi "Bos Seumur Hidup Bank NISP"
Teman dekat saya, tiba-tiba membahas tulisan itu setelah membaca di salah satu surat kabar, dia mengatakan "tuh kisah Karmaka Surjaudaja bagus, dia menjadi orang besar dan sukses setelah ia kembali ke jalan Tuhan". Wah... saya sedikit bingung dengan pola pikir orang-orang Nasrani.
Apa hubungannya antara jalan Tuhan dengan kesuksesan yang diraih seseorang ? Apakah orang sukses karena ia percaya Tuhan nya ? Apakah kesuksesan hanya akan di peroleh seseorang pada Agama tertentu ? Apakah tidak ada kesuksesan bagi orang dari Agama lain dan percaya Tuhan lain selain Tuhan nya ?
Jika hal itu benar, maka sudah bisa dipastikan bahwa tidak ada orang yang akan sukses selain dari umat Agama tertentu dan tentunya umat dari Agama tertentu itu semua nya adalah orang sukses, orang kaya... tapi kenyataannya, setiap Agama memiliki umatnya yang kaya dan umatnya yang miskin.
Kenapa kesempitan berpikir seperti ini masih ada didalam pikiran orang Nasrani yang cenderung mempromosikan Agama nya untuk menunjukan kehebatan dari Agama nya ? Setiap ada cerita kesuksesan, kesembuhan, keselamatan dan kejayaan dari umatnya, maka cerita itu dengan cepat menyebar dan di eksposes dimana-mana, untuk menunjukan kehebatan dari Agama dan Tuhan mereka. Namun sebaliknya, jika ada kegagalan, kematian karena penyakit dan penderitaan karena kehancuran tidak pernah di eksposes ke permukaan bahkan terkesan di tutup-tutupi, kenapa ?
Dan yang terparah, kegagalan, kematian karena penyakit dan penderitaan karena kehancuran lebih banyak di alami oleh umat Agama daripada umat yang mendapatkan kesuksesan, kesembuhan, keselamatan dan kejayaan. Apakah semua hal tersebut hanya terjadi pada salah satu Agama saja ? Tidak ! Didalam semua Agama, hal-hal tersebut terjadi tanpa kecuali. Apa yang bisa kita tangkap dalam hal itu ? Setiap orang (tanpa peduli Agama dan Tuhan nya) memiliki keberuntungan nya masing-masing, istilah umumnya setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri. Hal ini yang menjawab kenapa di dalam setiap Agama tanpa kecuali, ada umatnya yang kaya dan ada juga umatnya yang miskin.
Sebenarnya apa yang bisa kita ambil dari beberapa acara Talkshow mengenai kesuksesan yang diraih seseorang adalah semangat dan kegigihan seseorang untuk dapat hidup lebih baik daripada sebelumnya, sehingga ia akan berjuang semaksimal mungkin untuk mencapai keinginannya yaitu hidup dalam kesuksesan materi. Bukan untuk melihat bahwa ada peranan Agama dan Tuhan tertentu dalam cerita kesuksesan tersebut, itu lah yang saya sebut sebagai kesempitan berpikir.
Apakah kita masih mau terkukung dalam kesempitan berpikir seperti itu ?
Jalan-Jalan ke Panti Jompo
Beberapa waktu yang lalu, saya diajak mengikuti kegiatan sosial ke panti jompo. Ketika sampai ke panti jompo, tidak ada yang spesial, yang terlihat hanya lah orang-orang tua yang renta, dengan penampilan yang kusut dan menggunakan pakaian seadanya. Wajah mereka pun murung tanpa ekspresi dan kadang hanya tersenyum kecil.
Rombongan saya diajak berbaur, duduk bersebelahan dengan para orang tua yang kesepian didalam ruang serba guna. Kita pun mengobrol setelah berkenalan dengan para orang tua, namun wajah mereka tidak menunjukan ekspresi senang, malah ada yang sedih karena teringat sanak keluarga mereka. Ada beberapa orang tua menceritakan, mereka dititipkan ke panti jompo oleh anak-anak nya yang tidak mau mereka lagi. Ada juga karena suaminya telah meninggal dan beliau tidak memiliki anak.
Yang mengejutkan ada anak yang tidak mau lagi mengurus orang tuanya, sehingga ia menitipkan orang tuanya ke panti jompo hanya karena si istri tidak cocok dengan orang tuanya dan tidak mau direpotkan untuk mengurus orang tuanya. Tapi si anak mau memiliki rumah orang tuanya, sementara ia membuang orang tuanya.
Para orang tua sangat berharap yang datang ke panti jompo bukan lah rombongan saya, melainkan sanak saudara mereka. Hal ini cukup beralasan, karena saya rasa tidak ada orang tua yang mau ditinggal/dibuang oleh anak-anak dan sanak keluarganya. Suatu saat kita pun akan tua, bagaimana perasaan kita jika kita yang ditinggal/dibuang oleh anak-anak dan sanak keluarga kita ?
Setelah berkenalan dan mengobrol panjang lebar, rombongan saya mengisi acara dengan tujuan menghibur para orang tua yang kesepian. Saat itu saya bisa melihat ekspresi gembira dari para orang tua, dimana wajah mereka cerah dengan senyum yang lepas...
Yang sempat terpikir oleh saya, mengapa ada orang tua yang sangat diperhatikan oleh anak dan sanak keluarganya, tapi ada orang tua yang ditinggal/dibuang oleh anak dan sanak keluarganya, mengapa hal ini bisa terjadi ? Apakah salah si anak karena begitu tega dan kurang ajar sehingga menelantarkan orang tuanya ? Kenapa si anak sampai bisa begitu tega ?
Ada salah satu orang tua yang berasal dari agama yang katanya terkenal dengan istilah "Kasih" tapi cukup mengherankan, kenapa si anak (menganut agama yang sama dengan orang tuanya) tega menelantarkan orang tuanya ? Apakah salah agama dalam mengajar moralitas kepada umatnya ? Apakah ada salah dari orang tua, sehingga si anak tidak mau mengurus mereka ?
Apakah ini yang dikatakan "Takdir" ? Siapa yang mengatur "Takdir" dari kehidupan manusia ? Apakah ada suatu ketidak adilan yang dialami oleh para orang tua renta di panti jompo ? Apa kriteria agar manusia bisa memperoleh suatu keadilan yang seharusnya mereka peroleh ?
Pencipta dan Hasil Ciptaan (Bagian III)
Setiap agama menawarkan konsep Ketuhanan yang berbeda-beda dengan iming-iming keselamatan kekal yang menjadi umpan dalam menjaring umat sebanyak-banyaknya dan setiap agama juga memiliki sosok Tuhan sebagai pencipta yang menjadi ikon dari suatu agama yang juga digunakan untuk usaha promosi dengan memaparkan keistimewahan/kemampuan dari sosok Tuhan nya.
Namun saat ini muncul beberapa agama yang tentunya juga menawarkan konsep Ketuhanannya masing-masing, sehingga cukup membingungkan, sosok Tuhan mana yang paling mendekati kebenaran dari sosok si pencipta alam semesta ?
Jika ada yang mengatakan bahwa pencipta dari agamanya yang paling benar, karena jumlah pengikutnya, maka bisa dikatakan sungguh memalukan karena tidak ada patokan kebenaran didalam kata jumlah...
Sayangnya pencipta dari suatu agama tidak pernah menampakkan batang hidungnya kepada khayalak ramai atas keberadaannya dan sungguh ironis si pencipta tidak pernah mengumandangkan serta menyatakan keberadaanya sejak awal penciptaan sampai saat ini, sehingga muncul berbagai Tuhan yang jumlahnya begitu banyak saat ini...
Kenapa hal ini tidak terpikirkan oleh si pencipta ? Setidaknya si pencipta yang Maha Mengetahui seharusnya mengetahui, bahwa ego manusia akan membentuk karakter Tuhan (dirinya) hasil kreasi manusia yang dapat menimbulkan banyak kontra, pertikaian, permusuhan, perdebatan, pembunuhan bahkan peperangan...
Alangkah bijaknya jika si pencipta menyatakan diri nya dari awal penciptaan sampai saat ini, saya yakin tentunya tidak bermunculan berbagai macam agama dengan konsep ketuhanannya masing-masing hasil kreasi manusia, karena kita akan mengenal 1 pencipta dan semua manusia terangkul dalam 1 agama, juga tidak akan pernah terjadi pertikaian, permusuhan, perdebatan, pembunuhan, peperangan mengatasnamakan si pencipta dan dunia menjadi lebih baik... tapi apa yang terjadi saat ini ?
Ada suatu konsep agama yang menyatakan bahwa segala sesuatu ada karena diciptakan dan tidak mungkin muncul begitu saja. Sehingga bisa dikatakan bahwa si pencipta (Tuhan) itu ada karena ada yang menciptakannya pula... tidak ada kekhususan disini. Apakah ini juga menyatakan bahwa Tuhan sebagai pencipta merupakan hasil kreasi dan imajinasi manusia yang diturunkan dari generasi ke generasi sehingga tidak ada yang pernah tau siapa sosok Tuhan sebagai pencipta itu sesungguhnya ?
Konsep penciptaan ini dapat dituangkan dalam suatu cerita "Panggung Sandiwara" dimana rencana si pencipta merupakan script/naskah yang telah ditulis dan diatur sebelumnya oleh penulis/sutradaranya, sang sutradara mengatur peran dari setiap pemaian (nasib) yang dipilih oleh nya dan si pemain diberikan suatu kebebasan dalam mengimprovisasi perannya.
Jika si pemain melakukan kesalahan dalam memainkan perannya, si sutradara dapat memaafkannya jika si pemain mau mengakui kesalahannya dan percaya pada si sutradara bahwa perannya ini adalah yang terbaik dan cocok dengan dirinya tanpa boleh protes atau menolaknya. Namun si sutradara akan marah besar dan menghukum si pemain jika ada pemain yang menentang/berlawanan dengan keinginannya (kehendak) yang telah ia tentukan dan tidak boleh diganggu gugat.
Si sutradara akan iri jika ada pemain yang mencari sutradara lain dalam mengekplorisasi kemampuan aktingnya, bahkan si sutradara tidak segan-segan mengancam bahkan membunuh si pemain jika tidak menurutinya.
Si sutradara menawarkan tawaran yang mengiurkan sebagai imbalan jika si pemain memainkan perannya dengan baik dan percaya atas cerita yang telah di susun oleh sutradara, agar cerita dapat diselesaikan dengan baik.
Setiap pemain harus menjalankan semua perannya sendiri-sendiri, jika ada yang mengeluh boleh curhat 4 mata dengan si sutradara, jika si sutradara tidak sibuk kemungkinan besar keinginan dari pemain dapat dikabulkan olehnya, namun jika si sutradara sangat sibuk bisa jadi keinginan dari pemain terlupakan bahkan tidak akan dikabulkan.
Namun jika cerita yang telah disusun (rencana) oleh sutradara telah selesai, maka selesailah "Panggung Sandiwara", para pemain dibuang begitu saja dan tidak digunakan lagi. Berakhir lah 1 episode yang merupakan karya iseng-iseng dari sutradara yang kesepian dalam kesendirian...
Apakah kita telah berpikir kritis untuk memperoleh jawaban atas kehidupan atau bersikap masa bodoh dan menerima saja apa adanya tanpa perlu mengetahui kebenarannya ?
Pencipta dan Hasil Ciptaan (Bagian II)
Sering kita melihat pemandangan yang kontras antara manusia dengan ekonomi yang berlebih dan manusia dengan ekonomi yang kekurangan. Hal ini pula yang menimbulkan jurang pemisah dan menimbulkan kecemburuan/kesenjangan sosial, bahkan bisa terjadi permusuhan/pertikaian/pembunuhan hanya karena masalah ekonomi.
Namun yang menjadi pertanyaan, dari mana manusia memiliki rejeki yang berlebih sehingga memperoleh materi yang berlebih dan mengapa ada manusia yang rejekinya seret sehingga tidak memperoleh materi dalam memenuhi kebutuhkan sehari-hari nya ?
Apakah hanya dengan alasan, kaya-miskin ada untuk membuat suatu keseimbangan, jika tidak ada yang kaya maka tidak ada yang miskin ? Kita dapat mengatakan keseimbangan jika jumlah orang yang kaya dengan orang yang miskin seimbang dan efek buruk dari kaya-miskin tidak pernah ada dipermukaan bumi ini...
Apakah kaya-miskin tergantung dari usaha keras yang dilakukan oleh seseorang ? Jika demikian, apakah seorang pekerja kasar dipelabuhan lebih kaya dibandingkan pekerja kantoran ?
Apakah kaya-miskin tergantung dari ketekunan/giat/pantang nyerah ? Jika demikian, apakah seseorang yang pandai/pintar dalam pelajaran yang terkenal karena usahanya yang tekun/giat/pantang nyerah pasti lebih kaya dibandingkan mereka yang tidak bersekolah/pandai/pintar ?
Apakah kaya-miskin tergantung dari orang tuanya ? Jika demikian, apakah orang tua yang kaya berarti anak nya pasti kaya juga dibandingkan mereka yang memiliki orang tua yang kurang dalam materi ? Kenyataannya banyak orang yang sebelumnya sangat kurang dalam ekonomi tapi anak-anaknya menjadi orang sukses dengan materi yang berlebih...
Apakah kaya-miskin tergantung dari keyakinannya terhadap si pencipta yang paling benar ? Jika demikian, kekayaan seseorang akan diperoleh hanya jika ia berkeyakinan pada agama itu saja, diluar agama itu tidak akan ditemukan 1 orang pun yang sukses, namun kenyataannya berbicara lain. Setiap agama pasti memiliki umatnya yang kaya, juga memiliki umatnya yang sangat-sangat kekurangan dalam ekonomi...
Jadi apa karakteristik sehingga orang bisa kaya dan bisa miskin ? Jangan lah kita menutup mata atas fenomena ini dalam kehidupan bermasyarakat, karena efek dari fenomena ini menimbulkan hal buruk yang tidak pernah akan diduga oleh kita sebelumnya yang menganggap remeh hal ini...
Apakah ada peran serta dari si pencipta dalam hal ini ? Jika iya, maka kenapa terjadi kepincangan yang dapat menimbulkan efek buruk atas fenomena kaya-miskin ? Apakah ini semua diluar perhitungan si pencipta atau mungkin si pencipta tidak mampu untuk mengetahui hal ini atau mungkin si pencipta mengetahui tapi membiarkan hal ini terjadi...
Saya yakin tidak ada orang yang mau hidup dalam keadaan kekurangan dalam hal materi, terlebih jaman saat ini dimana tuntutan kebutuhan dalam kehidupan membutuhkan materi yang tidak sedikit. Mengapa pula jumlah manusia yang hidup dalam kekurangan lebih banyak daripada meraka yang hidup dengan materi yang berlebih ? Apakah ada unsur ketidakadilan dari si pencipta dalam hal ini ?
Mengapa sampai semua ini terjadi ? Apakah tidak pernah diperhitungkan sebelumnya oleh si pencipta ?
Dalam usaha pemenuhan kebutuhan dalam hidup, seseorang dituntut untuk bekerja memperoleh materi dengan usaha yang keras maupun dengan usaha yang gampang. Dalam bekerja kadang menimbulkan kecemburuan atas jabatan yang dijalani nya, ada yang memiliki jabatan yang rendah sehingga bekerja kasar, ada yang memiliki jabatan cuma sebagai staff, ada yang memiliki jabatan sebagai manager dan direktur.
Mengapa sampai seseorang memperoleh jabatannya tersebut ? Apakah dengan usaha yang giat dan rajin, sehingga pemimpin perusahaan menghargai kinerja nya dan menempatkannya pada posisi yang lebih tinggi ? Bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki kinerja yang baik namun dapat menduduki posisi yang lebih tinggi ? Bagaimana dengan seseorang yang baru bekerja sudah menduduki posisi yang lebih tinggi, apakah hanya karena faktor ijasah/relasi ?
Apakah semua ini ada pautannya dengan si pencipta ? Jika tidak ada, kenapa hal ini bisa terjadi dengan sendiri nya ?
Apakah karena si pencipta yang menginginkan kondisi seperti itu ? Jika tidak, berarti tidak ada umat dari si pencipta yang bisa dikatakan bahwa ia memperoleh pekerjaan karena kuasa/berkah dari si pencipta, sehingga umat tidak perlu berterima kasih pada si pencipta...
Ada kasus dimana seseorang yang tidak memiliki kinerja yang baik tapi bisa menempati posisi jabatan yang cukup tinggi hanya karena ia menganut agama yang sama dengan pemimpin perusahaan, padahal didalam lingkungan kerja ada orang lain yang memiliki kinerja yang lebih baik hanya saja ia tidak menganut agama yang sama dengan pemimpin perusahaan. Apakah ini terjadi juga karena kuasa si pencipta dari suatu agama ?
Kenapa persoalan kaya-miskin dan jabatan/kekuasaan ini menjadi persoalan dalam pembahasan masalah kehidupan ?
Karena hal-hal tersebut dapat menimbulkan efek buruk yang dapat menimbulkan rasa benci, iri hati, dengki dan marah ketika seseorang berada diposisi yang tidak menguntungkan dan memiliki kedudukan yang lebih rendah, walau ia tidak mengetahui secara pasti mengapa ia sampai mengalami hal tersebut. Apakah ada faktor nasib ? Siapa yang mengatur nasib manusia dalam hal ini ?
Saya rasa tidak ada orang yang mau mengalami hal buruk tersebut, setiap orang pasti berkeinginan memperoleh yang terbaik dalam hidupnya, namun kenapa ketimpangan itu tetap terjadi ?
Apakah kita telah berpikir kritis untuk memperoleh jawaban atas kehidupan atau bersikap masa bodoh dan menerima saja apa adanya tanpa perlu mengetahui kebenarannya ?
Pencipta dan Hasil Ciptaan (Bagian I)
Banyak konsep penciptaan yang menjelaskan asal muasal manusia dan alam semesta yang dikatakan merupakan hasil ciptaan dari sang pencipta, dimana hal ini lah yang dianggap dapat memberikan jawaban atas pertanyaan manusia mengenai awal kehidupan dan alam semesta. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan manusia untuk dapat mengetahui dari mana awal kehidupan ini yang masih menjadi misteri, sehingga konsep yang cukup menggugah perasaan diterima sebagai suatu kebenaran, tanpa boleh di kritisi.
Jika kita pahami dan sadari, konsep penciptaan dan ketuhanan merupakan ciptaan manusia sebelumnya yang diturunkan dari generasi ke generasi dan mengalami banyak perubahan (menyesuaikan keadaan dan menutupi kebohongan yang terungkap dengan cerita yang lebih menyakinkan sidang pembaca yang sempat ragu) serta penyempurnaan terhadap legenda oleh pemuka-pemuka agama, sehingga konsep itu dapat terjaga dan bertahan walau mengalami begitu banyak revisi demi revisi.
Sebenarnya banyak hal yang dapat kita kritisi dari konsep penciptaan tersebut, karena terdapat begitu banyak kejanggalan dan ketidak konsistenan dari konsep penciptaan serta tidak sesuai dengan realita kehidupan dimasyarakat.
Salah satu agama menyatakan bahwa manusia diciptakan sesuai dengan rupa dan gambar dari sang pencipta dan manusia yang diciptakan pertama adalah pria, apakah ini menyatakan bahwa si pencipta adalah seorang pria yang memiliki fungsi tubuh (termasuk alat kelamin yang harus bekerja sesuai dengan fungsinya) sesuai tubuh manusia pria ?
Bagaimana dengan kondisi manusia dengan bentuk fisik yang cacat ? Bagaimana dengan kondisi manusia dengan rupa yang buruk ? Apakah itu menyatakan rupa (bentuk fisik) dari si pencipta atau bisa dikatakan manusia dengan fisik yang cacat/rupa yang buruk merupakan produk gagal dari si pencipta ?
Jika dikatakan produk gagal, berarti si pencipta pun dapat melakukan kesalahan, apakah masih ada kesalahan bagi seorang pencipta yang dikatakan sempurna ? Kenapa seorang pencipta sampai tidak mengetahui bahwa ia melakukan suatu kesalahan, padahal dikatakan bahwa si pencipta adalah Maha Mengetahui ?
Saya rasa tidak ada manusia yang mau memiliki rupa yang buruk atau memiliki fisik yang cacat dan serba kekurangan. Yang menjadi pertanyaan kenapa sampai hal ini terjadi pada manusia sebagai ciptaan dari si pencipta ?
Hal diatas itu saja cukup pelik dan membingungkan untuk dijawab dengan kapasitas manusia biasa, tapi bagaimana dengan kapasitas sebagai manusia pilihan (yang terpilih/terpanggil/diurapi) seperti pemuka agama, apakah mampu untuk menjawab persoalan yang muncul dari konsep penciptaan hasil kreasi manusia ?
Dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita mendengar kematian janin dalam kandungan atau kematian bayi beberapa saat setelah dilahirkan, bukankah hidup dan mati merupakan rencana si pencipta, jadi apa kesalahan si bayi sehingga ia harus dimatikan oleh si pencipta ? Apakah faktor kurang gizi atau faktor kesehatan sang ibu berpengaruh dalam hal ini ? Walau berpengaruh sekalipun, seharusnya kematian itu tidak boleh terjadi, karena tujuan si pencipta menciptakan manusia untuk memenuhi permukaan bumi, bukan untuk diciptakan dan langsung dimatikan kembali.
Apakah kemampuan dari manusia bisa melebihi kemampuan si pencipta ? Banyak orang mengatakan tidak, tapi hal yang terjadi adalah sebaliknya, manusia dapat menggugurkan kandungan dimana dikatakan bahwa janin yang dikandung seorang wanita merupakan hasil ciptaan si pencipta dan diuraikan pula bahwa hidup dan mati merupakan rencana si pencipta, seharusnya walau ada manusia yang mencoba melakukan usaha aborsi, si pencipta dapat mengagalkannya dengan cara melindungi nyawa si bayi dari usaha manusia tersebut, namun yang terjadi adalah jutaan bayi diaborsi tiap tahunnya...
Sering kita dengar bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan bersih/suci/tak berdosa, namun dilain hal dikatakan bahwa manusia telah berdosa dan jatuh kedalam dosa sejak Adam dan Hawa menentang kehendak Allah sebagai pencipta, Bagaimana mungkin bayi (yang juga manusia) yang baru dilahirkan dapat dikatakan bersih/suci/tak berdosa ? Jadi sejak kapan manusia bisa dikatakan berdosa setelah ia dilahirkan ?
Setelah manusia hidup dibumi, maka muncul lah usaha pembelajaran yang dilakukan oleh si bayi, dimana ia menyerap semua yang harus ia ketahui dan pahami mengenai lingkungan sekitarnya dan tentang kehidupan ini. Semua proses itu membentuk pengetahuan yang akan tersimpan didalam memory manusia. Namun dari mana munculnya sifat manusia ? Apakah sejak lahir ia telah membawa sifat ? Siapa yang memberikan sifat kepada manusia ? Kenapa ada sifat yang baik dan ada sifat yang buruk ? Kenapa ada manusia dengan sifat yang baik, juga ada manusia dengan sifat yang buruk, apa tolak ukurnya sehingga manusia cocok dengan sifat nya masing-masing, ibarat pemain sandiwara yang telah ditentukan karakternya oleh sang sutradara agar dapat berperan sebagaimana yang telah ia rencanakan dalam naskah yang ia tulis.
Apakah kita telah berpikir kritis untuk memperoleh jawaban atas kehidupan atau bersikap masa bodoh dan menerima saja apa adanya tanpa perlu mengetahui kebenarannya ?