Tiap orang yang mengaku memeluk suatu Agama, mengatakan bahwa ia memiliki suatu kepercayaan/belief yang besar dan mendalam terhadap Tuhan dan kebenaran dari Kitab Suci nya. Bahkan mengatakan bahwa kepercayaannya itu lah yang menuntun hidupnya, karena Tuhan yang dipercayai nya berperan aktif dalam hidupnya. Apakah benar demikian ?
Kepercayaan itu sendiri bersifat sangat halus dan mengakar kuat dalam benak/pikiran kita, ketika kita menerima dan meng-iya-kan suatu pernyataan/ide/gagasan mengenai suatu hal dan menganggap hal tersebut sebagai suatu kebenaran menurut cara pandang pribadi, itu lah yang menjadi dasar dari munculnya suatu kepercayaan/belief yang dikatakan sebagai hal yang luar biasa dalam diri manusia ketika seseorang menerima suatu ajaran Agama dalam hidupnya.
Hal ini pula yang menyebabkan munculnya banyak pendapat yang berbeda-beda mengenai kebenaran dalam suatu Agama dan merupakan penyebab munculnya banyak pendapat mengenai Tuhan pula, karena semua di nilai dari sudut pandang pribadi.
Sewaktu kita kecil, kita tentunya diberi pengertian, bahwa api itu panas dan merugikan (bersifat negatif). Ketika kita menerima dan meng-iya-kan pernyataan/ide/gagasan itu, maka itu sudah menjadi kepercayaan/belief dalam diri kita, tapi bisa dikatakan kepercayaan/belief yang membabi buta. Kenapa ? karena kita hanya menerima tanpa meng-analisa dan membuktikan pernyataan/ide/gagasan tersebut.
Api itu sebenarnya bersifat netral. Api tersebut berguna untuk memanaskan air agar dapat kita konsumsi, api juga berguna untuk menghangatkan tubuh ketika kita kedinginan, api juga bisa mengakibatkan kerugian besar bagi kita karena membakar harta benda bahkan tubuh kita. tergantung bagaimana api itu digunakan.
Bukan kah seharusnya demikian pula, kita harus meng-analisa bahkan membuktikan (proses yang membutuhkan waktu) sebelum kita langsung menerima/meng-iya-kan suatu pendapat/ide/gagasan. Sehingga kepercayaan/belief yang tertanam didalam benak/pikiran kita bukan didasarkan dari suatu kecerobohan/ketidaktahuan dan juga bukan karena tren dimasyarakat terlebih sekedar ikut-ikutan.
Apakah kepercayaan/belief memberikan manfaat dan keuntungan bagi manusia ?
Tidak semua kepercayaan/belief memberikan manfaat dan keuntungan bagi manusia, semua itu tergantung bagaimana manusia menyikapi kepercayaan/belief tersebut. Ada seseorang, karena terlalu besar kepercayaan/belief-nya ia rela mati untuk Tuhan dan Agamanya, berperang/membunuh atas nama Agamanya, apakah itu bukan suatu kebodohan ? Ada seseorang, karena terlalu besar kepercayaan/belief-nya ia bertobat dari sebelumnya berprofesi sebagai preman, sekarang menjadi pemuka Agama-nya.
Bukankah kepercayaan/belief itu merupakan pendapat/ide/gagasan yang diterima dan di-iya-kan oleh seseorang, sehingga terekam dalam pikiran/benaknya. Jadi point utama berada di pendapat/ide/gagasan awal. Setelah tersimpan/terekam dalam pikiran/benak seseorang, maka tahap selanjutnya tergantung bagaimana pikiran kita bekerja, jika imajinasi kita bekerja terlalu berlebihan dengan harapan dan perasaan yang besar, maka akan muncul suatu sikap fanatik (kepercayaan/belief yang berlebihan dari cara pandang pribadi). Hal itu yang mendorong seseorang untuk mengambil tindakan yang berlebihan pula, baik tindakan yang bersifat positif maupun negatif.
Imajinasi yang berlebihan mengakibatkan pikiran kita membentuk/mengambar sosok Tuhan dari suatu pendapat/ide/gagasan yang menjadi realitas dalam pikiran/benak kita. Ini pula yang menjadi dasar mengapa adanya konsep Ketuhanan sebagai sosok individu/personal (memiliki fisik dan sifat layaknya manusia). Jika kita masih didorong keinginan positif, maka tindakan kita bisa ke arah yang baik dan benar. Namun sebaliknya jika dorongan keinginan negatif lebih besar, maka tindakan kita bisa ke arah yang salah. Jadi apakah sosok tersebut adalah real seperti yang kita bayangkan dan harapkan (hasil kerja imajinasi kita) ? bukankah itu hasil pikiran yang menentukan tindakan kita ?
Jika kita mengatakan bahwa sosok Tuhan tersebut yang berperan aktif dalam hidup kita, maka tentunya Tuhan lah sumber dari segala kebahagian dan penderitaan kita. Namun jika kita dapat menyadari bahwa sosok tersebut merupakan buah pikiran hasil imajinasi kita, maka kita akan mengetahui bahwa baik atau buruk, karena pola pikir kita sendiri, bukan karena sosok Tuhan tersebut.
Semua itulah yang kita sebut sebagai kepercayaan/belief.
Arti Sebuah Kepercayaan/Belief
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar